:::: MENU ::::

Wednesday, May 2, 2018


Hari ini, saya akan share sedikit cerita saya tentang mata kuliah yang menurut saya mengajarkan banyak hal.
Sekarang, saya sudah semester 6 di Universitas Jember, Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Televisi dan Film.
Sebagai mahasiswa perfilman, saya kedapatan dua mata kuliah praktikum yang bobot sks nya besar (4 sks). Mata kuliah ini disebut "Praktika Terpadu".



Mata kuliah Praktika Terpadu sebenarnya sudah dilaksanakan semenjak saya semester 5, namun waktu semester 5, praktikumnya masih dikampus dan kami membuat program Variety Show yang tayang secara live.

Untuk yang kedua kalinya ini (dan juga yang terakhir) kami kedapatan tugas membuat short movie berdurasi sekitar 20 menit lebih. Sistemnya anggota kelompok dipilih secara acak oleh dosen, begitu pula dengan genre yang akan kita dapatkan. Semua ditentukan oleh dosen.

Jujur, waktu mengetahui sistemnya seperti itu, saya paling tidak mau mendapat genre komedi.
Kenapa? Karena bagi saya, membuat orang lain tertawa itu sulit.
Semua orang memiliki pengalaman hidup yang berbeda-beda dan tidak semua hal yang kita anggap lucu juga dianggap lucu oleh orang luar.

Apalagi, saat ini saya sedang berkuliah di Jember, sedangkan saya orang Jakarta.
Ada beberapa cara melucu yang berbeda. Ada yang menurut orang Jember lucu, menurut orang Jakarta biasa aja. Ada yang menurut orang Jakarta lucu, ternyata menurut orang Jember ga ada lucu-lucunya.

Jadi ya menurut saya susah untuk membuat film komedi yang bisa diterima oleh banyak kalangan.

Begitu mengetahui konsepnya juga, saya sempat kepikiran nama teman-teman saya yang menurut saya tidak begitu cocok dengan saya.
Namanya juga manusia, saya sempat-sempatnya berdoa untuk tidak sekelompok dengan orang itu.

Eh ternyata, begitu hari pembagian kelompok tiba, saya seperti dihantam truk.
Banyak hal yang tidak saya harapkan justru terjadi pada saya. Memang benar ya, pemikiran seperti itu seringnya malah menjadi boomerang  untuk saya.

Beberapa sekelompok saya juga berfikiran sama seperti saya.
Ada yang shock, hopeless, jadi males sama filmnya dan bahkan jadi ogah-ogahan kerja karena kecewa dengan list anggota kelompok yang diberikan oleh dosen.

Jujur, saya pun juga kecewa, tapi yaaah......namanya juga ditentukan dosen, jelas ada saja orang-orang yang kita tidak harapkan sekelompok dengan kita.
Tapi. dengan sesegera mungkin, saya merubah presepsi saya.
Saya tidak boleh menganggap teman-teman saya beban. Saya harus belajar bagaimana caranya bekerja sama dengan orang-orang yang kurang saya sukai.
Karena di masyarakat, kondisi seperti ini mungkin terjadi setiap hari.
Jadi kuncinya cuma satu = sabar.

Ketika pertama kali rapat, alias ketemu kelompok, kami membahas pembagian jobdesk.
Tidak seperti anggota dan genre film, untuk masalah jobdesk, dosen memberi kebebasan kepada kami untuk memilih jobdesk apa yang kami inginkan. Tapi ya gitu, namanya juga satu kelompok ada 15 orang dan jobdesknya ga sebanyak teamnya, otomatis terjadi saling rebut.

Waktu itu, karena bosen dengan jobdesk script writter yang sudah saya tekuni sejak SMK, saya merasa ingin ganti suasana. Waktu itu pikiran saya simple, saya mau jadi make up artist

Kenapa saya pilih jadi make up artist?
Karena sebelumnya, di Praktika Terpadu semester 5 (yang buat Variety Show) saya pegang 4 jobdesk.
Dan itu luar biasa stress nya.
Waktu itu saya rangkap 4 jobdesk sebagai :
1. Script Writter
2. Make Up
3. Floor Director 3
4. C.O Creative Team (atau ketua divisi Tim Kreatif)

Waktu Praktika Terpadu Pertama, saya bisa menyelesaikan 4 jobdesk ini dengan baik.
Tapi saya merasa saya juga pengen sedikit santai seperti teman-teman lain yang hanya merangkap maksimal 3 jobdesk. Malah ada yang cuma satu jobdesk.
Sedangkan saya? 4 Jobdesk saya handle, rasanya seperti kartu As kelompok tapi berat banget.

Kembali lagi ke pembagian Jobdesk.
Waktu saya bilang saya mau jadi make up artist, teman-teman saya ga setuju.
Payah deh.
Alasannya karena ada satu orang di kelompok saya yang udah mumpuni jadi make up
Dan anggota tim saya merasa orang tersebutlah yang pantas jadi make up, bukan saya.

Yaudadeh.

Saya juga mengakui sih, skill make up saya belom bagus-bagus banget, dan orang ini, memang kemampuan make up nya diatas saya. Karena gamau jadi beban kelompok dengan merengek-rengek gajelas, akhirnya saya terima keputusan kelompok bahwa saya tidak bisa jadi make up :")

Setelah hilang kesempatan saya mendapatkan jobdesk yang saya mau, saya sejujurnya gatau lagi mau jadi apa dikelompok. Saya sebetulnya hanya pengen sedikit santai pada praktika kali ini.

Eh begitu semua anggota tim memilih jobdesk yang diinginkan, tersisa lah "jobdesk ga laku" yang tidak ada yang pilih :
1. Produser
2. Sutradara
3. Manager Location
4. Unit Manager

Begitu lihat jobdesk ga laku nya, saya langsung bingung mau jadi apa disitu.
Aslinya saya mau aja semisal disuruh jadi sutradara, tapi dikelompok saya ada yang berambisi banget jadi sutradara dan ngeliat gelagatnya, kayaknya saya bakal ngasih jobdesk itu ke dia.

Lagi asik mikir, tiba-tiba ada teman saya yang bilang
"Ca, kamu jadi produser gimana?"

Jujur, saya sama sekali tidak ada persiapan mental untuk menerima jobdesk itu.
Hmm kayaknya sebelum lebih jauh dan ga ngerti sama cerita saya, saya bakal jelasin jenis-jenis jobdesk yang ada di produksi (kurang lebihnya sih kayak gitu).

Oke, langsung aja :

1. Produser/Producer
Produser sebetulnya bertugas untuk menjadi "yang pegang uang" pada dunia nyata. Dalam Industri nyata, Produser bertindak sebagai mencari ide cerita, mengatur anggaran, menyusun rencana shooting dll. Namun berhubung ini masih tugas kuliah, Produser disini bertugas untuk mengatur pengeluaran dan pemasukan uang, mengatur perizinan tempat yang akan dijadikan lokasi shooting, membuat surat-surat seperti surat dispensasi mahasiswa yang akan ikut produksi film, menjalin kerjasama dengan pihak ketiga, memimpin rapat dan sebagainya. Produser bisa dikatakan sebagai pimpinan tertinggi dalam suatu susunan tim produksi karena dia yang akan menentukan mau shooting dimana, izin tempatnya bagaimana, mau rapat berapa kali dalam seminggu dan memutuskan banyak hal yang akan dilakukan kelompok. Seorang produser yang ideal harus pandai berbicara, pandai menempatkan diri disegala situasi, mampu berfikir cepat, tegas dan tepat serta easy going. Intinya harus punya wibawa. Produser juga harus mengerti hal-hal teknis supaya pada saat anak buahnya mengutarakan kendala atau apapun yang kaitannya dengan hal teknis, Produser mampu mengerti apa permasalahannya dan memecahkan solusinya bersama.

2. Asisten Produser/Assistant Producer
Namanya juga asisten, tugasnya otomatis membantu Produser. Membantu dalam hal apa? semisal, mengurus surat-surat, beli-beli materai, mendampingi Produser terjun ke lapangan dan sebagainya. Sebenarnya dibawah Produser ini bukan hanya Asisten Produser. Ada lagi seperti Line Produser, Asisten Produser dan sebagainya. Tapi disini, saya hanya menjelaskan Asisten Produser, berhubung yang ada pada kelompok Praktika ini hanya Asisten Produser.

3. Sutradara/Director
Sutradara memiliki peran paling stabil yaitu mengatur pengadeganan pada proses produksi. Seorang sutradara yang baik sebaiknya bukan hanya pintar mengatur pengadeganan, namun juga memiliki basic mengerti tentang tata cahaya, penataan gambar, editing, make up dan audio. Semua pengetahuan ini akan menunjang sutradara untuk mengerti konsep seperti apa yang diinginkan pada tampilan filmnya. Sutradara tidak boleh seseorang yang bersifat badmood-an. Sutradara bertanggung jawab terhadap jalannya produksi, mood crew dan mood talent. Sutradara harus mampu bersikap menyenangkan dan easy going guna menciptakan mood yang asik di lokasi. Ketika talent badmood, atau crew team badmood, maka proses produksi akan tidak enak dan berdampak pada kelancaran produksi. Jadi sebagai sutradara sebaiknya harus orang yang mudah bercanda, super, easy going tapi cepat berfikir dan tegas. Sutradara, posisinya tertinggi setelah Produser. Bila Produser adalah kepala tim, maka sutradara adalah kepala tim di lapangan. Keduanya harus mampu bekerja sama.

4. Asisten Sutradara/Assitant Director
Asisten Sutradara atau yang biasa disingkat sebagai Astrada biasanya tidak terdiri dari 1 orang.
Asiten Sutrada biasanya berjumlah minimal 2 sampai 3 orang. Bisa lebih juga, tergantung dari jenis kebutuhan.
Asisten yang umum biasanya :
A. Astrada 1 = mengatur timing. Astrada 1 biasanya adalah orang yang paling bawel di lapangan. Dia akan memberikan info berapa lama lagi bisa take di lokasi tersebut. Bisa kurang 20 menit, atau mungkin kurang 1 menit. Gunanya adalah sebagai Time Keeper tim supaya kinerja tim lebih maksimal dan tidak buang-buang waktu. Divisi ini umumnya mengatur kedisplinan. Kenapa penting? Karena apabila waktu take molor, maka banyak hal yang bisa terlewat. Cahaya Matahari yang jelek, cuaca yang mulai panas, jalanan yang mulai ramai dan sebagainya.
B. Astrada 2 = mengatur pengadeganan. Gunanya agar Sutradara fokus pada apa yang tampil pada layar preview. Jadi sutradara tidak akan ribet-ribet lagi ngurusin pengadeganan talent. Meski, bila memang Sutradara masih merasa harus terjun untuk mengarahkan pengadeganan talent, maka sah-sah saja.

5. Penulis Naskah/Script Writter
Penulis naskah seperti judul jobdesk nya, adalah orang yang membuat naskah. Ide cerita ini bisa berasal dari Penulis Naskah sendiri, atau bahkan berkolaborasi dengan Sutradara dan Produser. Penulis naskah bagusnya sih merangkap sebagai Astrada 1. Karena untuk masalah pengadeganan, alangkah lebih baik bila dengan orang yang mengerti naskah kan? 

6. Unit Talent
Unit talent adalah divisi yang berurusan dengan talent/artis. Mulai dari open casting, memberikan contact person dsb. Divisi ini adalah yang berhubungan dengan si artis. Apakah si artis sedang sakit atau tidak, mengingatkan jadwal hingga menjadi penganggung jawab ketika talent sudah berada di lokasi. Unit talent harus orang yang punya inisiatif dan peduli. Unit talent harus gerak cepat dan rajin.

7. D.O.P (Director of Photography)
D.O.P memiliki tanggung jawab sebagai orang yang membuat teknis pengambilan gambar menjadi layak dan enak untuk dilihat. Segala hal yang kita lihat pada film sejati nya adalah hasil pemikiran dari D.O.P. Misal, pada saat shooting mau memakai kamera seri apa, lensa berapa, lensa berapa milimeter, tehnik pengambilan gambarnya mau still (diam di tempat) atau moving, mau pakai slider atau ga, mau take jam berapa dan butuh view seperti apa itu ada ditangan D.O.P. D.O.P harus mampu berkomunikasi dengan Sutradara dan Lighting guna menyamakan imajinasi pengambilan gambar dia dengan dua divisi tersebut.
Rig

Slider


8. Assitant Camera
Assistant Camera atau yang sering disingkat Ass.cam adalah orang yang membantu D.O.P. Contohnya adalah semisal pada saat pemasangan slider, pemasangan tripod, mengganti lensa, atau turut serta dalam proses pengambilan gambar bersama dengan D.O.P.

9. Lighting
Lighting dalam kinerja nya harus melihat rencana yang diinginkan D.O.P. Ketika sudah mengetahui floorplan pergerakan kamera nya dan konsep yang diinginkan sutradara, baru lighting akan membuat floorplan lightingnya. Apakah pencahayaannya mau dibuat naturalism (alami) atau pictorialism (tidak alami, namun untuk menonjolkan kesan tertentu), mau memakai lampu apa saja, intensitasnya berapa persen, mau memakai filter atau tidak, berasa watt listrik yang dibutuhkan tiap lampu dan sumber listriknya darimana, semua itu ditentukan dari divisi Lighting.

Lampu Camtree

Lampu Sola 12

10. Assistant Lighting
Asisten Lighting membantu Lighting untuk banyak hal. Seperti pemasangan lampu, pemasangan filter, mengatur intensitas cahaya. mengatur kabel, merapihkan kabel dan mungkin bisa membantu Lighting untuk mengurus listrik yang dibutuhkan pada saat produksi.

11. Audioman
Audioman bertugas untuk segala hal yang berkaitan dengan audio. Mulai dari pemasangan clip on, penggunaan boom, pengambilan ambience (suara yang menjadi latar belakang dialog & film) dan sebagainya. Audioman biasanya akan memastikan jenis suara si talent. Apalah si talent adalah tipe orang yang bila berbicara cenderung bergumam atau tidak, bila dirasa kurang enak, audioman bisa memberi arahan kepada talent untuk berbicara lebih jelas dan tidak boleh bergumam dsb. Audioman butuh tempat yang sepi, dikarenakan umumnya dia menggunakan alat yang sensitif terhadap suara, yang bisa terdengar dari jarak 50 meter dari lokasi shooting dari segala arah. 

12. Clapper
Clapper gunananya adalah sebagai pencatat adegan, adegan apakah yang sedang di take. Scene berapa, take berapa, shot berapa. 

Clapper


13. Loader
Loader adalah orang yang langsung memback up/ menyimpan file-file setelah take hari itu. Gunananya agar memori yang digunakan D.O.P dapat langsung dikosongkan dan file-file hari itu bisa segera di edit secara offline untuk mulai menyicil pekerjaan. Biasanya posisi Loader ini merangkap sekalian dengan posisi Editor.

14. Editor
Editor adalah orang yang mengedit hasil akhir film. Mulai dari penambahan efek, pewarnaan, pemotongan gambar, menyelaraskannya dengan audio, semua adalah tanggung jawan editor. Editor boleh meminta pendapat dari D.O.P atau Sutradara pada saat sedang mengerjakan pekerjaannya.

15. Unit Manager
Unit manager adalah nama keren dari seksi Konsumsi.
Tugasnya tentu saja untuk mengurus konsumsi crew dan talent. Mulai dari makan pagi, makan siang, makan malam, obat-obatan, minuman, snack, kopi dan sebagainya. Unit Manager boleh masak di lokasi, boleh juga tidak (memesan).

16. Manager Location
Manager Location atau yang sering disingkan Menlok adalah orang yang bertugas untuk menjaga area tetap clear. Menlok biasanya terdiri dari banyak orang. Tergantung sebesar apa lokasi yang ingin digunakan. Menlok bisa terdiri dari 3 orang, bisa juga 50 orang lebih. Menlok biasanya bertugas menutup jalan dan mengalihkan jalan. Menlok harus tahu lokasi yang hendak dijadikan lokasi shooting bisa dialihkan kemana. Dalam melakukan tugasnya Menlok haruslah orang yang sabar dan sopan.

Oke, kembali lagi.
Setelah mendengar tawaran buat jadi Produser, saya sempat merasa tidak mau karena saya khawatir tidak dapat memimpin kelompok dengan baik meski sepak terjang saya di angkatan baik.
Perlu saya akui, saya memang bersikap tegas dan berbicara blak-blakan, tapi karena sifat saya yang seperti itu saya takut dengan kalimat saya yang kelewat tajam akan melukai perasaan teman-teman se team saya.

Saya pun menjawab
"Sebentar, gue perlu berfikir sekitar 5 menit"

Disitu saya diam saja menatap lantai.
Saya mempertimbangkan banyak hal. Ditawari menjadi produser tandanya saya dipercaya teman-teman saya, saya tidak pernah menjadi produser sebelumnya dan inilah kesempatan untuk membuktikan apakah saya bisa atau tidak, dibanding posisi lain sepertinya memang posisi inilah yang cocok untuk saya dan saya mengingat perkataan ibu saya yang kala itu sangat ingin saya mencoba hal lain seperti Editor dan Producer.

Dan selesai berfikir, saya langsung menjawab saya bersedia menjadi Producer team ini.

*jeng jeng jeng*

Dan dari sini lah mulai petualangan saya sebagai Produser. 

0 komentar:

Post a Comment

A call-to-action text Contact us