:::: MENU ::::

Saturday, May 19, 2018


Malam, hari ini gue akan share beberapa opini gue tentang "berteman dengan diri sendiri".
Gue tau, mungkin judul ini kedengeran sangat aneh dan agak horror, tapi percayalah, pada postingan kali ini, gue tidak bermaksud membuat sesuatu jadi kedengeran horror.
Bahkan gue berharap, yang baca tulisan ini akan merasa "tercerahkan"
Ya, kita liat aja.
Semoga.


Banyak yang bilang, kita harus mencari teman yang bener-bener mengerti diri kita. Dan dari bertemunya kita dengan orang yang mengerti kita, dengan begitulah kita bisa mengerti apa definisi kebahagiaan itu. Dan kalau lu dapet orang yang seperti itu, jangan pernah lu lepas. Jangan pernah.

Well, gue perlu akui, kalimat diatas, adalah kalimat yang indah dan romantis banget.
Tapi pada kenyataannya, kalimat itu bagi gue sama dengan kalimat kosong. 
Realistis aja lah ya.
Ga ada orang yang akan selamanya ada di hidup lo.
Ga ada, bahkan orang tua lo. Bahkan anak-anak lo nanti.

Dan soal kebahagiaan, "kita baru akan mengerti definisi kebahagiaan bila bertemu orang yang mengerti kita"?
Sorry to say, tapi bagi gue itu kalimat yang menyedihkan banget.

Really? Lo baru bisa bahagia kalo ketemu orang yang ngerti diri lo?
Maaf, gue bukan sok tahu dengan menganggap remeh kalimat tersebut.
Dulu, gue percaya dengan kalimat itu. Sumpah.
Gue dulu juga menganggap kebahagiaan itu kalau gue ketemu orang yang klik dengan kita.
Tapi sampai kapan?

Setiap kali ada orang yang lo rasa "klik" dengan diri lo, cepat atau lambat pasti dia akan pergi.
Jelas, kita ga mungkin menuntut orang lain untuk selalu ada di kehidupan kita. Semua orang punya kehidupannya masing-masing, semua orang punya mimpinya masing-masing. Mereka juga berjuang untuk membahagiakan diri mereka sendiri, untuk membahagiakan orang yang mereka ingin bahagiakan, untuk mengejar cita-citanya sendiri.
Realistis.
Ga bakal ada orang, yang akan selamanya bersama dengan lo.

Apa yang mau gue katakan disini adalah, dibanding lo setengah mati cari orang yang "mengerti lo" kenapa lo ga mencoba berteman dengan diri lo sendiri?

Ok, jangan ketawa.
Ini serius. Lo pasti pernah kan ngomong dalem hati? Lo tau, siapa diri lo lebih dari orang lain.
Lo tau, siapa diri lo, lebih dari orang tua lo sendiri.
Lo punya seseorang yang tahu dan mengerti diri lo banget. Ya diri lo sendiri.

Apa yang lu benci, apa yang bikin lu jijik, warna apa yang ga lo suka, lo suka makan mie sama telor setengah mateng, lo ga suka pake parfum kebanyakan, lo suka nonton film horror sambil pake headset misalnya 
Siapa yang pertama kali tau itu semua? Diri lo kan?

Lu tau apa yang lu inginkan, lu tau apa kelemahan lu, lu tau seperti apa diri lu sendiri.
Lu tau rencana apa yang lu inginkan di masa depan.
Lu tau diri lo bisa berfikir. Lu tau diri lo bisa memberikan lu pendapat. Lu diem-diem, sebenernya tau, lu ga sendirian.

Lu ga pernah sendirian.

Gue dulu selalu memiliki pandangan gue gabisa bahagia tanpa orang lain.

Dan nyatanya, gue ga bahagia emang.

Karena gue ga percaya diri sendiri.
Gue ga percaya pada diri gue sendiri, kalau gue mampu buat diri gue sendiri bahagia.
Gue memberikan "stigma" pada diri gue, bahwa kebahagiaan itu bersama orang lain.
Gue percaya itu, dan akhirnya? gue ga pernah bahagia.
Karena gue selamanya mencari, selamanya berharap, kebahagiaan itu muncul ketika gue bersama orang lain.

Tapi ketika gue sadar betapa melelahkannya mengharapkan orang lain, gue sadar, "seseorang" yang gue butuhkan untuk bahagia adalah diri gue sendiri.

Apa lagi yang lo harapkan?

Realistis.
Buka mata lo dan hadapi kenyataan.

Kalimat-kalimat indah yang ada di setiap quotes itu hanya omong kosong.
Dunia indah, tapi bukan dengan cara seperti yang lo bayangin.
Realistis. 
Ga ada yang bisa lo harapkan, kalau lo hanya berfikir kebahagiaan itu ada di tangan orang lain.

Coba deh, lo, yang saat ini masih berfikir bahagia itu bersama orang lain merubah stigma ini.
Coba lu lebih percaya diri lo sendiri.
Lo akan merasa lo bisa melakukan apapun.
Lo ga akan pernah goyah meski lo ditinggal semua temen-temen lo.
Lo ga akan pernah kehilangan jati diri dan siapa diri lo yang sebenarnya.

Segala ketakutan, segala kekuatan, kesanggupan, keraguan itu semua ada pada diri lo.
Sekarang coba berdialog sama diri lo sendiri, apa yang sebenernya lo inginkan?
Dan realistis. 
Liat kenyataan.
Diri lo dan lo ga akan bisa bersatu kalau lo kebanyakan halusinasi.

Gue bukan bilang bahwa dengan bersama orang lain tandanya gabisa bahagia. Bisa sih.
Tapi lo mau nungguin orang lain hanya untuk bahagia? like, seriously?

Berhentilah menjadi menyedihkan.

Kalo lo adalah orang dengan tipe yang gampang merasa insecure, stop mengharap simpati empati orang lain untuk menyelesaikan masalah lu.
Lu dan dunia lu adalah lu yang bisa atur.
Lu mau hidup lu sukses atau ga, itu semua bergantung dari lu.

Gue tau, bagi sebagian orang yang baca postingan ini akan berfikir :
"haha iya gampang, lo tinggal ngetik doang disini! pada kenyataannya susah cuy!"

Ok, sekarang gue tanya, susahnya apa?

Lu kurang cerdas? belajar
Lu kurang percaya diri? lu perbanyak ilmu, perbanyak wawasan, perbanyak relasi.
Lu kurang cakep? banyak kok, ilmuan-ilmuan yang mukanya juga ga bagus-bagus amat tapi terbukti dia bisa.
Lu ga di dukung keluarga dan orang-orang di sekeliling lu? Albert einstein juga dulu di sebut bodoh.
Lu diremehkan? Lu ga dipercaya? Wajar. Semua orang akan seperti itu terhadap siapapun. Kenapa lu dengerin? Lu ga percaya dengan diri lu sendiri?

Ayolah, gue tau memang kedengerannya mengerikan memberanikan diri untuk keluar dari zona aman yang sangat comfy itu, tapi lu mau sampai kapan jadi orang yang bertanya-tanya di dalam lingkaran?

Ga ada yang salah dengan kegagalan.
Ga ada yang salah dengan rasa takut.
Ga ada yang salah dengan menjadi orang "lebay" yang terlalu banyak memikirkan hal-hal buruk.

Yang salah, adalah ketika lo meragukan diri lo sendiri dan berhenti nyoba.
Yang salah, adalah ketika lo memilih berada di zona nyaman karena lo takut tersakiti.

Hidup itu tentang pengorbanan.

Ibu lu gabisa ngelahirin lu, kalau dia menolak sakit pada saat melahirkan.
Lo gabisa lahir disini, kalau ibu lo ga berkorban untuk melahirkan yang segitu susahnya demi hidup lo.

Hidup itu berkorban,

Selama lo mencoba, kegagalan, ketakutan, keraguan itu pasti akan menghasilkan sesuatu yang manis.

Jangan pernah takut gagal.

Gagal bukan alasan lo untuk meragukan diri sendiri.

Gue harap tulisan ini menginspirasi dan membangunkan diri lo yang selama ini meragukan diri sendiri.

0 komentar:

Post a Comment

A call-to-action text Contact us