Selamat sore.
Di dalam dunia kerja, apapun posisi kamu,
pasti lu akan berhadapan dengan yang namanya pihak ketiga atau “klien”.
Dalam bekerja, kita ga kerja sendirian.
Berhadapan dengan boss, dengan bawahan, dengan temen sekantor dan lain-lain.
Mereka-mereka ini, bisa kamu temui nyaris setiap hari di tempat kerja.
Tapi gimana semisal dengan klien? Yang
ketemunya ga sering-sering, tapi kita harus berhadapan dengan self branding
yang baik.
Buat kamu yang sedang menjalankan atau akan
menjalankan proses ketemu klien, berikut adalah postingan yang perlu untuk kamu
baca.
CEKIDOT.
Perlu diketahui,
alasan gue nulis postingan ini adalah karena gue pernah melakukan kesalahan
ketika SMK dulu. Gue sering berbicara dengan calon talent atau pihak ketiga
yang ingin gue ajak kerjasama dengan muka yang judes, jarang senyum dan berbicara
apa adanya.
Waktu itu gue
berfikir, It would be safe time.
Memang sih,
akhirnya, menghemat waktu banget. Tapi? Self branding kita kurang, sehingga
justru membuat si klien ini batal bekerjasama dengan kita.
Gue pun sejujurnya
sempet kaget karena gue lalai dalam memperhatikan hal penting itu.
Sempet ada
ketakutan dalam kembali mejalin hubungan dengan pihak ketiga, tapi akhirnya gue
mencoba menjadi orang yang belajar dari kesalahan. Gue pun mencoba kembali dan
hasilnya jauuuh lebih baik dari hasil yang sebelumnya.
Aslinya, dalam
bertemu klien, lu gabisa menggolongkan klien sebagai orang yang sejenis.
Klien lu itu
bermacam-macam orang dengan pola pikir yang berbeda, sifat yang berbeda dan
karakter yang berbeda. Tapi pada dasarnya, mereka suka dengan hal-hal berikut.
Yuk langsung aja
lanjut baca kebawah biar makin tau.
Apa itu Self
Branding?
Self Branding
adalah presepsi yang orang lihat dalam diri kita dan juga apa yang kita lihat
dari diri kita sendiri. Self Branding juga bisa disebut sebagai cara kita
mempromosikan diri kita sendiri. Self Branding beda ya dengan pencitraan. Kalo
pencitraan, lo akan cenderung Fake untuk menunjukkan kesan yang ada pada diri
lo. Tapi Self Branding menunjukkan apa adanya lo dan kecerdasan yang
bener-bener lo punya.
Menunjukkan
kualitas diri. Nah itu kuncinya.
1. SENYUM
Senyum sengaja gue
taro di atas karena senyum adalah aspek paling penting dalam berkomunikasi.
Pada saat lo bertemu klien, ucapkan “Halo” dengan senyuman. Percayalah,
sepinter apapun lo, sebesar apapun usaha yang lo geluti, jika pada saat ketemu
klien atau pihak ketiga lo ga senyum, lo tidak akan mendapatkan kesan pertama
yang baik. Membangun kesan pertama yang bagus itu penting untuk membuat suasana
rileks. Lo juga jadi lebih rileks, si klien juga jadi lebih rileks, sehingga
obrolan yang nantinya akan tercipta akan lebih enjoy dan ga kaku. Oke? Inget,
meski mungkin biasanya lo jutek di kehidupan sehari-hari (kaya gue), atau lu
lagi badmood parah, abis marah-marah, atau abis nangis, lo harus tetep senyum
di depan klien.
Senyum yang gue
maksud disini bukan senyum sinis ya hehe. Senyum yang ceria, senyum happy lo. Senyum
good mood lo. Lo harus mampu menunjukkan kesan kepada klien bahwa “saya senang
bertemu anda” lewat senyuman. Meski grogi, jangan pernah lupa senyum.
2. RAMAH
Pada saat ketemu,
banyak orang yang begitu terburu-buru untuk berbicara langsung kepada intinya
sehingga lupa beramah tamah. Eits, ramah merupakan bagian dari attitude juga
loh. Misal nih, si klien telat dateng, lo harus tanya “tadi macet ya mbak di
jalan?” atau semisal lu ketemuan di kafe, lu pesenin dia minum atau panggilin
pelayan, lu basa-basi dulu lah tanya “apa kabar” kek apa kek.
Ramah,
mengindikasikan bahwa lu care terhadap klien lo.
Lo bukan hanya mau
bekerjasama secara bisnis, tapi lo juga mau tau siapa sih klien lo ini. Apa
yang dia lakukan, apa yang dia pikirkan, sehingga ketika klien lu tau lu orang
yang care, dia akan lebih terbuka sama lo.
3. TENANG
Pada saat ketemu
klien (apalagi bagi lo yang baru pertama kali ditugasin ketemu pihak ketiga),
lo jangan pernah grogi dan ngomong lo jadi belepotan. Pertama, lo bakalan ga
enak di dengerin si klien, lo akan panik begitu menyadari bahwa diri lo ga
tenang sehingga memicu kesalahan-kesalahan berikutnya dan yang paling parah,
informasi lo jadi ga sampe. Dia pasti bakalan mikir “ngomong apaan sih ni orang
belibet” dan kemudian, karena lo terus melakukan kesalahan karena lo menyadari
kalo lo ngomong blepotan, dia jadi males dengerin dan ga minat sama apa yang lo
tawarkan.
Ok? Tenang. Lo
bebas kok ketawa atau becanda saat urusan bisnis, asal ga melenceng.
4. ON POINT
Yang gue maksud
dengan on point disini adalah urusan bisnis lo. Jangan muter-muter ga jelas
pada saat menjelaskan bisnis yang lo tawarkan. Lo harus memiliki kemampuan jual
produk yang bagus disini, marketing. Pernah liat kan SPG yang ogah-ogahan
nawarin baju sama SPG yang giat banget bantu costumer nya sampe-sampe dia memberikan
pendapat terhadap baju yang kita pilih?
Itu adalah orang
yang baik dalam marketing dan langsung on point.
Dalam kepala SPG
itu adalah “gue harus menjual produk ini”, otomatis dia akan mengerahkan
segalanya agar produknya dibeli.
Lo, mau apapun bisnis
lo. Mau dagang kek, mau wedding organizer kek, event organizer kek, mo
nyelenggarain hajatan kampung kek, lu harus tetep bisa on point.
Pertama, klien lo
tentu pasti ga suka yang namanya kebanyakan basa-basi. Kedua, lo akan lebih
menghemat waktu dan tenaga. Ketiga, klien lo akan lebih antusias semisal lu
berbicara yang jelas dan ga muter-muter.
5. ANTUSIAS
Meski lo adalah
orang yang menawarkan produk atau kerjasama bisnis, bukan berarti lu bebas dari
yang namanya tanggung jawab untuk menjadi antusias. Pada saat menawarkan produk
atau menawarkan kerjasama bisnis, tentunya klien akan merespon. Responnya ini
bisa macem-macem. Bisa positif, bisa negative.
Apabila dia
responnya positif, jangan terlalu senang dulu. Biasanya, ketika tau kliennya
responnya positif, banyak orang yang lupa untuk memperhatikan detail. Jangan
sampe, ketika dia udah respin positif, lo ga tanya-tanya lagi, sehingga pada
saat tau detailnya, dia malah berbalik mundur.
Contohnya? Misalnya
lu jualan baju nih. Lu udah promosi nih baju bahannya enak, modis dan
lain-lain. Si klien suka, lo jangan langsung “yes dapet untung” dulu. Lo tanya
dulu misalnya “bu, ibu biasanya suka bahan yang kek gimana? Yang ga panas atau
yang ga susah di cuci mungkin?” atau “ibu mau baju ini bu? Anak ibu perempuan
atau laki-laki? Kalau laki-laki biasanya suka warna yang ini loh bu”
Jadi ketika lo
detail, si klien ini juga akan lebih detail memperhatikan langkah yang dia
ambil diawal.
Kalo respon klien
lu negatif, lo jangan langsung diem dan berubah jadi jutek.
Lo harus tanya alasan si klien, apa yang sebenernya
dia inginkan, apa yang sebenernya dia butuhkan dan kalau perlu lu minta kritik
buat produk atau tawaran kerjasama gapapa. Pada saat klien lo tau lo orang yang
loyal terhadap pekerjaan dan ga gengsi untuk menanyakan alasan si klien, lo
akan dinilai sebagai orang yang antusias dan selalu ingin berjuang.
6. BILANG TERIMAKASIH
Pada saat lo
selesai meet up dengan klien lo. Jangan cuek dong, ucapkan terimakasih.
Terlepas dari positif atau ga nya respon dia, lo harus tetep jadi orang yang
care dan berterimakasih. Karena dengan ucapan itu mengindikasikan bahwa lo
menghargai klien lo.
Berterimakasih itu
bukan terimakasih ogah-ogahan dengan
muka jutek ya. Lo harus tetep senyum dan TIDAK LEBAY.
Nah ini, jangan
pernah berterimakasih terlalu berlebihan atau nantinya lo akan di cap sebagai
orang yang hiperbola. Berterimakasih pada porsinya aja, tapi tetep ramah dan
disertai dengan senyuman.
Nah itu tadi deh
beberapa cara yang umum digunakan yang bisa menyelamatkan lo ketika bertemu
klien. Sebetulnya banyak banget cara yang bisa membuat kesan pertama klien lo
itu berhasil, tapi untuk kali ini, gue share segitu dulu deh.
Inget ya, meski
kita bukan sales atau ga berdiri di perusahan marketing, tapi tetep, ilmu
marketing itu kepakai dimana-mana, bahkan gue aja yang kuliahnya bukan marketing
tetep harus tau ilmu-ilmu marketing terutama cara komunikasi yang baik pada saat kita menjual produk atau menawarkan kerja sama bisnis kita.
menarik sekali informasinya kak\
ReplyDeletePaket internet