Jika
kamu adalah penggemar kpop atau setidaknya mengetahui segelintir tentang dunia
kpop, kamu pasti mengetahui bagaimana efek jika idol atau juga artis Korea
terkena suatu kasus dibanding jika artis-artis Indonesia terkena kasus. Jika
artis Indonesia terkena kasus, biasanya karir artis tersebut tidak langsung
hancur. Biasanya, artis tersebut hanya akan meredup selama beberapa saat
kemudian kembali bisa berkarir kembali di layar kaca maupun layar perak.
Sedangkan di Korea, jika seorang artis atau idol terkena kasus, maka karirnya
akan sulit kembali seperti semula atau bahkan menghilang. Mengapa Demikian?
1. Publik
Publik
Korea dan publik Indonesia memiliki cara pandang yang berbeda terhadap idol
atau artis. Jika di Indonesia, publik termasuk netizen yang cukup santai
menghadapi kasus seorang artis. Publik Indonesia biasanya hanya akan mengulik
suatu kasus yang membuatnya tertarik, namun apakah perilaku itu akan berubah
menjadi “suka” atau “tidak suka” biasanya bergantung dari seberapa parah kasus
yang sedang menimpa si artis. Jika sang artis dirasa publik Indonesia memiliki
pengaruh yang buruk, publik Indonesia cenderung hanya melewatkan segala konten
yang berkaitan dengan si artis sehingga si artis akan kehilangan pamor. Namun,
jika dirasa kasus si artis bukanlah masalah yang terlalu fatal, sang artis
biasanya hanya akan meredup namanya kemudian dapat melejit kembali
sewaktu-waktu jika dirasa sudah diterima kembali oleh publik Indonesia. Namun,
publik Korea memiliki penilaian yang lebih detail jika artis atau idol terkena
sebuah kasus. Publik Korea umumnya menginginkan sesosok publik figure yang
dapat menjadi contoh bagi masyarakat bagaimana caranya bersikap. Publik Korea
mengiginkan image yang bersih, baik dan sempurna. Bukannya berarti publik Korea
tidak mengetahui istilah “tidak ada manusia yang sempurna”, hanya saja sebagai
seorang public figure, mencontohkan perilaku yang baik adalah bagian dari
pekerjaan sang idol atau artis, sehingga, satu kesalahan saja sudah dapat
menghancurkan kepercayaan publik Korea akan kreadibilitas artis tersebut.
2. Brand
Hal
ini juga berpengaruh dari aspek lain seperti brand dan sponsor. Bila di
Indonesia, brand atau sponsor seringkali mencari public figure yang saat ini
sedang digandrungi oleh masyarakat, baik karena prestasi ataupun karena kasus.
Hal ini digunakan oleh brand Indonesia untuk mengambil perhatian yang saat ini
tertuju pada artis tersebut. Jika sang artis memiliki kasus yang sangat menarik
perhatian publik, maka apapun yang sang artis itu iklankan pasti akan di lihat
juga oleh publik, sehingga tidak jarang artis yang sedang terkena kasus justru
kebanjiran tawaran iklan. Namun, apakah semua brand Indonesia seperti itu?
Tentu tidak, ada juga beberapa brand yang tidak menginginkan brand nya dipakai
oleh artis yang bermasalah karena akan mencoreng nilai jual brand tersebut.
Akan tetapi, tidak jarang juga brand yang rela membayar artis yang sedang
terkena kasus untuk mencari perhatian pasar. Sedangkan di Korea, baik brand dan
sponsor sama-sama menginginkan citra yang baik. Untuk itu, jika seorang artis
atau idol memiliki sikap yang baik, track record prestasi yang baik apalagi
jika ditunjang wajah yang menarik, maka artis tersebut akan kebanjiran banyak
tawaran iklan. Namun ketika sang artis terkena kasus, maka brand tersebut bisa
jadi langsung memutuskan kontrak. Hal ini dikarenakan jika publik Korea sudah
tidak menyukai artis tersebut, maka bisa jadi publik Korea juga membenci apapun
yang artis itu gunakan, sehingga untuk menghindari hal tersebut, brand Korea
melakukan pemutusan kontrak.
3. Budaya Masyarakat
Setiap
masyarakat pasti memiliki budaya yang berbeda. Termasuk juga budaya bagaimana
image “artis” di dalam pikiran. Misalnya saja, pernahkan kamu menyadari mengapa
ada begitu banyak acar infotainment di Indonesia? Sedangkan jika dibandingkan
dengan Korea, acara infotainment bisa dikatakan tidak ada. Indonesia memiliki
kebudayaan untuk mengupas habis segala berita-berita seorang artis mulai dari
karir, prestasi hingga kehidupan pribadi sang artis. Entah sejak kapan hal ini
sudah menjadi bahan yang biasa di konsumsi publik selama bertahun-tahun. Karena
budaya infotainment seperti ini juga, akhirnya publik Indonesia lama kelamaan
menyadari bahwa apa yang ditunjukkan seorang artis di depan kamera akan berbeda
dengan apa yang terjadi di belakang kamera. Karena hal ini pula akhirnya
permintaan publik Indonesia akan image sempurna seorang artis pun menyusut.
Publik Indonesia mengerti betul bahwa artis memiliki masalah, perasaan dan
sifat yang sama dengan masyarakat pada umumnya. Hal inilah yang menjadi
penyebab bagaimana seorang artis yang bermasalah dapat berkarir kembali karena
sudah dimaafkan oleh publik. Positifnya adalah, jika sang artis mau berbenah
diri dan benar-benar menjaga perilakunya maka karirnya dapat terselamatkan.
Namun jika di Korea,
jarang orang Korea yang betul-betul penasaran dengan kehidupan pribadi sang
artis. Mereka lebih senang artis tersebut tersenyum di depan kamera, apapun
masalah yang mereka hadapi dan berperilaku positif, apapun tekanan yang sedang
mereka hadapi. Disatu sisi, sikap ini memang cocok sebagai batasan antara artis
dengan publik luar, namun disisi lain seringkali standart ini menjadi tekanan
terhadap si artis bagaimana dia harus tersenyum setiap hari terlepas dari
apapun masalah yang dia hadapi.
4. Agensi
Agensi
artis Indonesia dan Korea juga sangat berbeda. Jika agensi Korea cenderung
ketat dengan segala aturan yang wajib dijalani oleh sang artis, maka di
Indonesia artis memiliki beberapa hak yang tidak di miliki oleh artis Korea.
Contohnya saja penggunaan social media. Jika artis Indonesia rata-rata memiliki
social media tersendiri dan bebas memposting apa saja, maka berbeda dengan di
Korea. Bisa-bisa akun instagram yang mereka miliki tidak di posting oleh sang
artis melainkan managementnya. Contoh lainnya adalah artis Indonesia bebas
berkreasi seperti boleh membuka channel youtube sendiri, banting setir menjadi
influencer instagram atau boleh memiliki usaha bisnis sendiri. Sedangkan di
Korea, membuka channel youtube ataupun bisnis sendiri harus bernegosiasi dengan
agensi mereka terlebih dahulu, apakah mendapat ijin atau tidak, apakah
mengganggu karir mereka atau tidak dan sebagainya.
5. Usia Karir
Salah satu hal paling
menonjol dari perbedaan karir artis Indonesia dan Korea adalah usia karir. Jika
di Indonesia, artis-artis cenderung bisa aktif berkarir mulai dari usia tujuh
belas tahun hingga empat puluh tahun. Sedangkan di Korea, usia muda adalah usia
yang sangat di minati. Hal inilah yang membuat artis Korea banyak yang
mati-matian untuk karir mereka, karena mereka tahu usia karir mereka memiliki
batas. Katakanlah jika seorang idol Korea telah mencapai usia dua puluh tujuh
keatas, akan sulit bagi mereka untuk bersaing jika sebelumnya tidak memiliki
track record prestasi yang baik. Hal ini dikarenakan banyaknya pesaing mereka
yang muncul dengan usia muda, talenta yang berbeda dan image yang masih
“fresh”. Sedangkan di Indonesia, bisa dibilang justru seperti anggur, semakin
tua usia karirnya maka semakin mudah ia mencari brand atau sponsor. Hal ini
dikarenakan publik Indonesia sudah terlalu familiar dengan image artis
tersebut, sehingga memudahkan brand atau sponsor untuk berpromosi. Sedangkan
untuk artis Indonesia yang masih baru, ia harus berjuang dahulu agar namanya
semakin dikenal publik dan familiar di mata publik.